Tantangan Adopsi Smart Aquaculture di Negara Berkembang

Tantangan Adopsi Smart Aquaculture di Negara Berkembang

Di tengah meningkatnya permintaan global terhadap produk perikanan, industri akuakultur atau budidaya perikanan menjadi kunci penting terhadap ketahanan pangan. Namun, bagi banyak negara berkembang, transformasi menuju smart aquaculture atau akuakultur cerdas masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks.

Apa Itu Smart Aquaculture?

Smart aquaculture adalah praktik budidaya ikan, udang, atau organisme air lainnya yang menggunakan teknologi digital seperti:

  • Sensor kualitas air
  • Sistem pemberian pakan otomatis
  • Monitoring suhu & pH real-time
  • Big data dan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi pertumbuhan atau potensi penyakit

Tujuan utamanya adalah menciptakan budidaya perikanan yang lebih efisien, terukur, dan berkelanjutan.

Tantangan Utama di Negara Berkembang

Kondisi tambak di negara berkembang

Meskipun menjanjikan, adopsi smart aquaculture di negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, atau Filipina menghadapi beberapa hambatan:

  1. Biaya Implementasi yang Tinggi

Teknologi seperti sensor IoT, sistem otomatisasi, dan cloud analytics membutuhkan investasi awal yang tidak kecil. Hal ini sulit dijangkau oleh pelaku usaha kecil dan menengah.

  1. Kurangnya Infrastruktur Digital

Koneksi internet yang tidak stabil, listrik yang belum merata, serta keterbatasan teknologi pendukung menjadi kendala teknis utama, khususnya di daerah pesisir dan terpencil.

  1. Minimnya Literasi Teknologi

Sebagian besar petambak masih mengandalkan metode konvensional. Kurangnya pelatihan dan pemahaman terhadap teknologi digital menjadi penghalang dalam mengoperasikan sistem smart aquaculture.

  1. Ketergantungan pada Bantuan Pemerintah

Tanpa insentif, pelatihan, atau kemudahan akses kredit dari pemerintah, banyak pembudidaya enggan mengambil risiko untuk beralih ke sistem cerdas.

  1. Kurangnya Integrasi Rantai Pasok

Meskipun produksi bisa ditingkatkan, jika rantai distribusi tidak efisien (misalnya karena logistik buruk atau pasar tidak siap), hasil budidaya tetap sulit mencapai nilai optimal.

Peluang dan Harapan

Meskipun tantangannya nyata, peluang untuk mengembangkan smart aquaculture tetap besar:

  • Penurunan harga teknologi seiring perkembangan pasar global
  • Kolaborasi dengan startup agritech lokal
  • Dukungan pemerintah & investor sosial yang mendorong pertanian dan perikanan berkelanjutan
  • Pendidikan & pelatihan digital untuk generasi muda di sektor perikanan
Baca juga PEMANFAATAN PLASTIK GEOMEMBRANE TAMBAK GARAM

Peran Dunia Usaha dalam Mendukung Inovasi

Perusahaan seperti PT Mutiaracahaya Plastindo, yang selama ini dikenal sebagai produsen plastik pertanian dan perikanan, juga dapat berkontribusi dalam mendukung adopsi smart aquaculture. Produk-produk seperti Geomembrane, Kolam Bulat Geomembrane, dan Mulsa Tambak berkualitas tinggi, hingga kemasan hasil panen adalah bagian penting dalam ekosistem budidaya modern.

Menuju Masa Depan Akuakultur yang Lebih Cerdas

Adopsi smart aquaculture bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun ekosistem yang mendukung dan memadahi mulai dari akses, edukasi, hingga kemitraan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas petambak, negara berkembang punya peluang besar untuk mengejar ketertinggalan dan menjadi pemain utama dalam industri perikanan global yang berkelanjutan.

Dapatkan berita dan informasi terbaru dari kami !